Kebijaksanaan Nasional Dan Pembangunan Wilayah
Pemilihan wilayah dimana pembangunan akan dilaksanakan seringkali merupakan masalah yang cukup pelik dan rumit serta tidak mudah dipecahkan secara teoritis ataupun paling sedikit menggunakan analisis matematis atau analisis kuantitatif. Walaupun demikian harus diusahakan sejauh mungkin dapat memenuhi pemikiran yang paling relevan, yang dalam garis besarnya dibagi dalam dua kategori, yakni: pertama, kontribusi para ahli teori khususnya doktrin biaya komparatif, pertumbuhan ekonomi, teori lokasi dan tata ruang. Kedua, kontribusi empiris, seperti studi-studi herarki kota, investigasi sejarah kota, pola migrasi, dan pengaruh urbanisasi.
Sejumlah negara yang sedang membangun seperti Portorico, Venezuela, dan Turki, walaupun telah mencapai tahap perkembangan ekonomi, negara-negara tersebut menghadapi persoalan yang sama, yaitu memiliki beberapa wilayah metropolitan besar yang merupakan wilayah berkembang yang pesat akan tetapi diliputi keparahan. Di samping itu terdapat pula wilayah hinterland yang sangat primitif dan terbelakang. Di negara-negara yang telah majupun seperti Amerika Serikat dan Inggris juga terdapat daerah-daerah yang relatif semacam itu, akan tetapi perbedaannya di negara-negara yang sedang membangun wilayah-wilayah terbelakang tersebut merupakan unsur yang dominan. Sebagian disebabkan karena terlalu luas arealnya dan sebagian lagi disebabkan karena wilayah-wilayah tersebut memiliki potensi sumberdaya yang besar, akan tetapi belum dimanfaatkan sehingga memerlukan penyediaan modal dan keterampilan dalam jumlah yang sangat besar.
Di kota-kota besar telah dirasakan banyak bengkalai yang harus segera ditanggulangi, misalnya pemukiman yang sangat padat, kongesti arus lalu lintas, kekurangan jasa pelayanan masyarakat kota yang esensial seperti fasilitas air minum, listrik, sanitasi, pemadam kebakaran dan lainnya. Di lain pihak, di daerah hinterland terdapat kesulitan untuk menciptakan kesempatan investasi dan kesulitan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara penuh, oleh karena itu ada pihak yang menganjurkan perlunya membangun pusat-pusat pertumbuhan baru (new increase poIes), yang merupakan pusat-pusat pembangunan perantara (intermediate increase points) dan mempersiapkan pembangunan wilayah-wilayah penerima migrasi disebabkan karena wilayah-wilayah perkotan mengalami keterbatasan untuk menampungnya.
Dalam pembahasan pembangunan seringkali terjadi perbedaan pendapat antara perencana fisik dan ahli ekonomi. Walaupun sifatnya tidak selamanya mutlak, akan tetapi dikemukakan bahwa banyak di antara perencana fisik, misalnya arsitek, perencana kota, dan insinyur mempunyai kecenderungan lebih mengkonsentrasikan pada pemikiran tingkat lokal dan wilayah tetap kurang berorientasi kepada kebijaksanaan dan program-program pembangunan ekonomi nasional. sedangkan perencana-perencana ekonomi biasanya melakukan analisis dan menyusun plan secara agregatif dan sektoral. Mereka menekankan pada kepentingan tingkat nasional yang meliputi pendapatan nasional, tabungan dan investasi, serta variabel-variabel lainnya yang mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan ekonomi, misalnya perkembangan jumlah penduduk, produksi. sektor pertanian dan perindustrian, tenaga kerja, tingkat produktivitas, dan sebagainya. Ahli-ahli ekonomi mengkaji pula kebutuhan dan kemungkinan investasi dalam sector-sektor strategis, seperti pada sektor pertanian, industri, transportasi, dan pendidikan. Walaupun bersifat terlalu umum, pendekatan tersebut dapat memungkinkan pengertian dan dilakukannya evaluasi antar sektoral dan antar wilayah.
Bila diperhatikan bahwa sekitar 50-70 persen dari dana pemerintah dipergunakan untuk investasi dalam proyek-proyek prasarana pembangunan, maka muncullah pertanyaan penting yaitu “dimana” investasi swasta dapat berfungsi atau berpartisipasi aktif dalam sektor perekonomian. ]adi ditinjau dari segi pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasional pertanyaan mengenai “dimana” atau “di wilayah mana" proyek-proyek pembangunan akan ditempatkan merupakan pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab sebelum melangkah kepada pertanyaan dalam skala bagaimana proyek tersebut seharusnya dibangun.
Sumber: Dasar-dasar Ekonomi Wilayah (Adisasmita, R., 2005)